Blangkon hasil produksi Puji Raharjo, dijemur di depan rumahnya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana) |
Siapa Orang Jawa Pertama Memakai Blangkon?
Setiap benda kultural merupakan bagian dari kebudayaan
material, termasuk blangkon. Kebudayaan material kata Djoko, pasti memiliki
dimensi simbolik, serta mengandung makna dan pesan tertentu. Pesan atau nilai
yang menjadi milik bersama itu, bisa saja memiliki banyak versi, termasuk siapa
sosok atau orang pertama yang mengenakan atau memperkenalkan blangkon.
Apalagi, blangkon muncul ketika individualitas belum
berkembang. Saat itu kolektivitaslah yang berkembang. Sehingga setiap kelompok
orang bisa menambah, mengurangi dan memperkaya itu. "Dalam semangat
kolektivitas munculnya blangkon itu, maka individualitas tidak penting bahkan
harus jadi bagian dari kolektivitas itu. Bisa saja dikatakan si ini yang
pertama atau si itu, tapi itu kan versi-versi."
Namun secara umum, kebudayaan Jawa yang terbakukan saat ini
diyakini mulai sejak zaman Kerajaan Mataram, atau sekitar abad ke-17. "Itu
rentang sejarahnya panjang. Tapi terbakukan, seperti juga kebudayaan Jawa
terbakukan yang ada sekarang ini ya zaman Mataram itu, berarti sekitar abad
17."
Sebagai bagian dari adat dan budaya, blangkon perlu
dilestarikan, meski tidak semua yang merupakan kebudayaan lokal atau adat,
patut dilestarikan. Pelestarian dan pewarisan itu harus selektif. Kedua, harus
adaptif, yakni berupa perubahan kecil. Apalagi di tengah-tengah politik
identitas yang saat ini menguat. "Gejala pencarian identitas-identitas
yang lebih azali, maka busana seperti blangkon juga perlu direvitalisasi,
konservasi, tapi juga harus dikembangkan. Misalnya bagaimana mengharapkan
generasi milenial mengenal dan mengenakan blangkon.".
Sumber: https://www.tagar.id/