Filosofi Tiga Ngo : Jawa "Ngalah Ngalih" dan "Ngamuk" Print Friendly and PDF

Berita Terbaru



Translate

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Filosofi Tiga Ngo : Jawa "Ngalah Ngalih" dan "Ngamuk"

, Juli 16, 2023

 





Filosofi Jawa "Ngalah Ngalih" dan "Ngamuk"

Penulis Mislam Samasi, S.H.

 

Filosofi Jawa memiliki banyak konsep yang mengandung hikmah dan nilai-nilai kehidupan. Di antara filosofi Jawa yang terkenal adalah "Tiga NGO," "Ngalah Ngalih," dan "Ngamuk.".

 

Berikut penjelasan singkat tentang filosofi-filosofi tersebut:

 

Ngalah Ngalih" dan "Ngamuk : Filosofi ini berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti "tengah dan tenang." Konsep ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam kehidupan. Menurut filosofi ini, ketenangan batin merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan bahagia.

Contoh: Dalam situasi yang menegangkan atau konflik, seseorang yang mengamalkan filosofi Tinga NGO akan berusaha menjaga ketenangan dan menyelesaikan masalah dengan cara yang damai dan bijaksana. Mereka tidak terburu-buru mengambil keputusan, tetapi mencari solusi yang paling tepat dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang.

 

Ngalah Ngalih: Filosofi Ngalah Ngalih berarti "saling mengalah" dalam bahasa Jawa. Konsep ini mengajarkan pentingnya sikap rendah hati, gotong royong, dan saling menghormati antara sesama manusia. Dengan saling mengalah, keharmonisan dalam hubungan dapat terjaga.

Contoh: Dalam kehidupan sehari-hari, contoh penerapan Ngalah Ngalih adalah ketika dua orang memiliki pendapat yang berbeda dalam diskusi atau perdebatan. Seorang yang mengamalkan Ngalah Ngalih akan bersedia mendengarkan pendapat orang lain dengan terbuka, menghargai perspektif mereka, dan mencari titik temu atau kesepakatan bersama.

 

Ngamuk: Filosofi Ngamuk tidak sepenuhnya positif, namun juga mengandung hikmah yang bisa diambil. Ngamuk merujuk pada ledakan emosi yang kuat, seringkali dalam bentuk kemarahan yang tak terkendali. Konsep ini mengingatkan kita bahwa emosi yang kuat juga merupakan bagian alami dari diri manusia, tetapi penting untuk belajar mengendalikan dan memahami emosi tersebut.

Contoh: Dalam situasi yang menantang atau konflik yang intens, seseorang yang mengalami Ngamuk mungkin menghadapi kesulitan untuk mengendalikan emosinya. Namun, dari contoh Ngamuk ini, kita dapat belajar pentingnya pengendalian diri, kesabaran, dan upaya untuk mencapai penyelesaian yang lebih baik melalui dialog yang damai dan saling pengertian.

 

Dalam konteks filosofi Jawa, penting untuk diingat bahwa penerapan filosofi ini dapat bervariasi tergantung pada individu dan situasi yang dihadapi. Selain itu, kebijaksanaan dalam mengaplikasikan filosofi tersebut juga penting agar tidak melenceng dari nilai-nilai yang sebenarnya ingin diperjuangkan.

 

Duri, 16 Juni 2023

TerPopuler